PALEMBANG
serpih-serpih kenangan
pada keruh Musi dilayari peluh puluh biduk
sarat muatan dari hulu
yang mungkin juga dari dusun, dusunku
dusun kecil angan sepanjang hayat
jembatan megah melintang membatu
kokoh menjulur menancap pada bumi
di bawahmu terminal becek penuh lubang
yang kian kotor pada Oktober sampai April
dan anak-anak yang berteriak menjajakan dagangannya
ibu-ibu yang berebut mencari harga termurah
tukang obat yang punya obat serbaguna, termanjur di dunia
mobil-mobil berkap merah, putih, hijau, biru
cat minyak di kanvas blacu, menyatu pekat
dan sebagian masa muda
hanyut mengalir ke laut hari depan
nonton film di Makmur, hujan-hujan
mengunyah empek-empek sambil dengar musik ngamen
lagu percintaan, tembang tertua dari swargaloka
ah, Palembang!
kukenang kau kala hujan
Bandung, 28-03-86
SUATU HARI DI SELAT SUNDA
biru
biru
hanya biru
hanya ada biru
seperti hati ibu
Palembang, 06-11-85
PENGEMBARA 1
angin yang datang pelan-pelan dari
belakang
sekian ribu mil lagi
kembali
laut, pasir, gunung, dan
helai-helai rambutku
akan datang lagi
akan pergi lagi
Bandung, 25-05-87
PENGEMBARA 2
pada kabut yang
menganyam tirai dari baja
beting-beting karang yang bersekutu
membentangkan jarak dan berkata
“pulang! pulanglah!”
aku tak sempat peduli
(atau tak guna peduli)
aku bahkan sudah tak punya tonggak
untuk sekadar menambatkan perahu
Bandung, 25-05-87
PENGEMBARA 3
engkau yang menantiku di sana
di sebuah simpang jalan tanpa tak bernama
mestinya tahu
jalan bagiku adalah angan
yang muncul tiap detik
kau yang berharap di sana
di sebuah tikungan jalan tanpa tanda
agaknya mulai maklum
bahwa aku adalah
ombak
yang mendebur pada tiap denyut darah
Bandung, 25-05-87
PENGEMBARA 4
tutup sajalah semua pintu
biarkan
sampai datang dan kuketuk
(kalau pun tak terbuka
aku akan masuk
lewat hati)
hati-Mu
Bandung, 25-05-87
SURAT
di rerimbun pepohonan
kita pernah bayangkan sebuah kota yang ramai
universitas dan gedung perpustakaan yang besar.
Sebuah mimpi yang kita yakin
menjanjikan bunga-bunga,
dan barangkali juga seorang gadis manis
di sudut taman
“telah kutemukan kota yang ramai,”
kata suratmu tempo hari.
Sementara di sini tetap saja desa
dan hari ke hari berjalan biasa
anak-anak menyabit rumput dan menggembala
bapak-bapak memanggul cangkul ke sawah
“kemarin aku belajar di perpustakaan universitas
megah dan penuh buku asing
temboknya marmer dan lantainya mengkilat,” katamu.
Sementara di sini tetap saja cerita lama
sekolah desa berdinding papan
buku-buku tua kehilangan halaman
dan lantai tanah becek waktu hujan
apa lagi, pikirku
suratmu panjang lebar:
ada gadis manis di sudut taman perpustakaan
membaca buku ratusan halaman
kacamata bingkai emas dan wajahnya rembulan
(amboi, sungguh-sungguh mimpi penuh bunga, batinku)
kubayangkan sebuah kota yang ramai
gedung universitas dan perpustakaan yang besar
jalan-jalan penuh hiburan
dan terutama gadis manis di sudut taman
yang kurasa membuatmu tak ingin pulang
Bandung, 10-89
LANSKAP KUTA
— Anna
sang pejalan yang lelah
dan matahari petang di sana
ombak di kakinya
: telah kujalani semua, gumamnya
(selembut lidah buih
yang membelai kakinya)
selalu jua
(kaki langit, bukit, dan matahari pagi
menggamitnya pergi)
selembut udara yang tiba-tiba
berbisik tanpa kata
: kami rindu berjumpa!
Kuta, 14-06-89
KABUT RENDAH
— tentang Ciater
orang-orang yang lalu lalang dalam gelap
dan temaram lampu-lampu, di sini
bekerja dalam malam
dan dingin pegunungan
(sementara kabut rendah, uap air panas mengapung dari sumber-sumber yang tak pernah
henti mengalirkan)
seperti lampu-lampu, mereka kedinginan dalam udara
(cahaya kehilangan ketajaman
cuma melingkar dipeluk kabut)
seperti bukit di sekelilingnya
mereka tak bicara
kokoh dalam dingin dan gelap cuaca
— sesekali saja menawarkan rokok,
jagung rebus, ketan bakar
(beberapa wanita menawarkan
senyum yang luka
di bibir pucat, tanpa pesona)
orang-orang lalu lalang dalam temaram:
hidup ini seperti kabut!
remang-remang, tak jelas di depan sana
apa yang akan dijumpa
(Padahal kabut dan uap air panas
tak hentinya mengapung
dan sumber-sumber air terus mengalirkan)
cinta-Nya pada semua
Ciater, 1988
Dua Kumpulan Sajak Ready Susanto (Versi Blog)
Monday, March 5, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
terima kasih kerana telah berusaha memblog puisi-puisi yang sudah dibukukan, bisa dinikmati di sini.
syabas buat saudara.
masuk berkunjung lewat blog steven kurniawan.
Post a Comment