Dua Kumpulan Sajak Ready Susanto (Versi Blog)

Sunday, March 4, 2007

DOA MAGRIBKU 1

aku menghadap pada cahaya

terang semesta raya

doa-doaku melayang di udara dan

asap kota bersamanya

ketika senja mendatangi

bangunan-bangunan dalam bayangan hitam

yang perlahan tiba


doa-doaku

(yang menuju cahaya cinta-Nya)

melayang bersama udara

dalam asap kota dan

bayangan-bayangan hitam

yang kian tiba


Jakarta, 14-11-92




DOA MAGRIBKU 2

doa magribku melayang
di udara bersih

berkas-berkas hujan yang jatuh

cinta sejati Engkau

padaku


doa magribku melayang-layang di udara

bersih dan penuh cinta

sejati


Jakarta, 22-11-92



DOA ASYARKU

doaku

berkerlipan dalam udara dan

dentam hingar-bingar

: orang bekerja terus

terus bekerja tak hentinya

hingga lupa


doaku tak ada habisnya

menyelinap dalam lipatan

kertas-kertas menggunung

suara mesin-mesin

detik halus keyboard komputer
lintasan data dari seluruh dunia
yang tak pernah senyap lagi

: orang bekerja, berniaga

berniaga, bertukar data

berkata-kata tanpa suara


doaku janganlah lenyap

hening dan lirihmu begitu saja

biarlah ada dalam dentaman

hingar-bingar

suara mesin-mesin, detik jam, faksimili

dalam kata-kata

tanpa suara


Jakarta, 26-11-92




DOA SUBUHKU

doa subuhku uap putih
yang tersisa di antara

langit dan bumi


doa subuhku larut dalam

usai tahajud para malaikat

sepanjang malam


Jakarta, 03-12-92



DOA ZUHURKU

ampunkan aku
atas zikirku yang

terbata


Jakarta, 11-12-92



DOA MAGRIBKU 3

maafkan aku

hanya terpaku menatap

tahun berganti, dan nama-Mu

dalam sebutan papan-papan iklan


suara lirih di masjid-masjid-Mu

tak semeriah hiburan dan jajanan

buka dua puluh empat jam

sehari


maafkan aku

mengeja ayat-Mu perlahan-lahan

di sudut yang ditinggalkan orang

berdoa mengharapkan kekhusyuan

(tapi batinku mengembara

di layar kaca teve, di malam-malam

berlalu dua puluh empat jam

kesia-siaan yang pernah Engkau katakan)


Jakarta, 13-12-92




DOA ISYAKU

jadikan aku hamba-Mu
yang tahu memilah waktu

peredaran bumi dan matahari-Mu


berikan aku kegairahan matahari

dan bertebaran di muka bumi-Mu

di bawah cahaya cinta-Mu

yang abadi


anugerahkan aku ketenangan

malam-malam-Mu

kenikmatan istirahat dan sujud-sujud

malamku

dalam lindungan cinta-Mu

yang abadi


Bandung, 13-12-92



ELEGI BAGI SANG KORAN

sang koran pagi-pagi
berteriak tentang perceraian

pangeran dan putri tanah seberang

memampangkan foto-foto warna

eksklusif bidikan juru foto

yang kerjanya mengintip

kerahasiaan orang


sementara orang menanti

sang koran cerita tentang penggelapan

uang negara

di halaman depan


tapi sang koran bungkam

karena bisa saja meresahkan, kan?

lebih baik halaman-halaman

diisi iklan


Bandung, 14-01-93



KORAN YANG TERTEKAN
— bagi Mochtar Lubis

sang koran tertekan

sakit gigi dan

mulut seperti dibungkam

padahal ia cuma sungkan

dalam hati bimbang

: berkata atau diam?


lalu sang koran bertanya

pada ahli psikologi

: apakah namanya penyakit sungkan

susah bicara lantang

padahal mulut lebar

turunan


si ahli berbisik

(padahal mulutnya tak kalah lebar)

: itu namanya minder, Tuan!


Bandung, 14-01-93



MENANAM SEBATANG MANGGA
— obrolan Minggu pagi dengan isteriku

menanam sebatang mangg
a
di halaman yang sempit

di tengah hamparan bangunan

yang kian hari meluas tak terkira


menanam sebatang mangga

sembari mengingat dongeng nenek

tentang dunia peri-peri dan alam yang berseri

cuaca hijau penuh tumbuhan

dan alam terasa segarnya


menanam sebatang mangga

membayangkan anak-anak yang bermain

di bawah rimbun daun-daunnya

(semoga, anak-anak kita

masih dapat merasakannya)


menanam sebatang mangga

mengharapkan seekor burung

bersarang dan bertelur di atasnya

dan kicauannya pagi hari

meningkahi keriuhan suara kota


menanam sebatang mangga

sambil membayangkan semua tetangga

berbuat serupa


Bandung, 04-94



DI DEPAN KAMAR OPERASI
— Fathia Ramadina

airmata jadi kristal

bening

cinta seperti melebur

dalam daun pintu yang melambai

matamu menatap lirih

ke dalam hitam mataku

cinta menggapai

airmata mengkristal


RSAI, 22 Agustus 2005

No comments: